Singaraja Polisi masih melakukan pengembangan terkait kasus perusakan dua Pelinggih Penunggun Karang yang dilakukan oknum mahasiswa Undiksha bernama Abdul Haq (22) di RT Mumbul, Kelurahan banjar Jawa, Kecamatan Buleleng, Selasa (5/6) lalu. Saat ini, polisi tengah menunggu hasil pemeriksaan kejiwaan terhadap pelaku yang dilakukan di RS TNI AD Singaraja.Tes kejiwaan
Pernahkah Anda mendenger tentang Pengijeng atau Penunggun Karang Jadi Penentu Ilmu Hitam Bisa Masuk atau Tidak kepekarangan rumah? Pengijeng atau Penunggun Karang atau juga disebut sebagai Palinggih Kaje Kauh, yang merupakan salah satu pelinggih suci yang bertempat di paling pojok barat pekarangan rumah masyarakat Hindu Bali. Pelinggih Pengijeng karang ini berfungsi sebagai sedahan penjaga karang atau palemahan beserta penghuninya agar senantiasa berada dalam lindungannya, tentram, rahayu sekala niskala. Pengijeng atauPenunggun Karang dalam Sastra Dresta disebut juga Sedahan Karang di perumahan untuk membedakan dengan Sedahan Sawah di sawah dan Sedahan Abian di kebun/ tegalan/ abian. Pembangunan Pengijeng/Penunggun Karang Didalam lontar Kala Tattwa yang menyebutkan bahwa Ida Bethara Kala bermanifestasi dalam bentuk Sedahan Karang/ Sawah/ Abian dengan tugas sebagai Pecalang, sama seperti manifestasi beliau di Sanggah Pamerajan atau Pura dengan sebutan Pangerurah, Pengapit Lawang, atau Patih. Di alam madyapada, bumi tidak hanya dihuni oleh mahluk-mahluk yang kasat mata, tetapi juga oleh mahluk-mahluk yang tidak kasat mata, atau roh. Roh-roh yang gentayangan misalnya roh jasad manusia yang lama tidak di-aben, atau mati tidak wajar misalnya tertimbun belabur agung abad ke 18 akan mencari tempat tinggal dan saling melindungi diri dari gangguan roh-roh gentayangan, manusia membangun Palinggih Sedahan. Penempatan Penunggun Karang Penunggun Karang dapat ditempatkan dimana saja asal pada posisi “teben” jika yang dianggap “hulu” adalah Sanggah Kemulan. Karena fungsinya sebagai Pecalang, sebaiknya berada dekat pintu gerbang rumah. Jika tidak memungkinkan boleh didirikan di tempat lain asal memenuhi aspek kesucian. Silakan Tonton Juga Cara Membuat Banten,
PenunggunKarang dalam Sastra Dresta disebut Sedahan Karang (di perumahan) untuk membedakan dengan Sedahan Sawah (di sawah) dan Sedahan Abian (di kebun/ tegalan/ abian). Untuk Bali, melindungi senyawa rumah, isi dan penghuni sebuah rumah adalah tugas besar yang tidak dapat ditangani secara efektif oleh dinding dan gerbang saja, terutama ketika
Mantra berikut sifatnya umum yang digunakan di Pura Kahyangan Jagat Unknown August 16, 2015 at 1127 AM mohon disertakan mantra untuk sarana pejati, suksma. Ya Tuhan atma atau Landasan Dasar, Tata Cara, Persiapan, Sarana dan Mantram Sembahyang Menurut Hindu – SatyaWedha Ya Tuhan atma atau Mantra berikut sifatnya umum yang digunakan di Pura Kahyangan Jagat Unknown August 16, 2015 at 1127 AM mohon disertakan mantra untuk sarana pejati, suksma. Memasang Ceniga di Sanggah Keluarga Pengertian Sanggah Kemulan/Pemerajan - Budaya Bali Sanggah Kamulan sembahyang, ditinjau dari kapan dilakukannya, dengan cara apa, dengan sarana apa dan di mana serta dengan siapa melakukannya Keyshiqa August 17, 2015 at Jujur saja, jika saya bukan Hindu-pun saya akan dengan mudah beradaptasi tinggal di Bali, saya sendiri Hindu namun bukan dengan cara orang Bali, saya Puja dengan cara yang berbeda dengan sembahyang orang Bali, saya merayakan Holi dan Diwali jika orang Bali merayakan Nyepi, Galungan dan Kuningan Sanggah Kemulan Filosofi, Jenis dan Ngunggahang - Mantra Hindu Bali Parisada Hindu Dharma Indonesia Mantra berikut sifatnya umum yang digunakan di Pura Kahyangan Jagat Keyshiqa August 17, 2015 at di atas, bisa disimpulkan bahwa kita sebenarnya boleh sembahyang di Sanggah Pemrajan dimana saja, namun karena secara sekala setiap sanggah pemrajan itu di empon/diurus oleh keluarga yang ada dirumah tersebut, jika kita hendak sembahyang di sanggah pemrajan di rumah orang lain atau di Griya para sulinggih, hendaknya sudah sepengetahuan Mantra Memuja Istadewata di Pemerajan, kamimitan, rong tiga, pedarman Paduarsana This comment has been removed by the author Unknown August 16, 2015 at 1127 AM mohon disertakan mantra untuk sarana pejati, suksma. Di beberapa Sanggah Pamrajan sering dijumpai beberapa Gedong Limas kecil-kecil yang merupakan palinggih tambahan menurut sejarah para leluhur terdahulu yang kebanyakan didirikan untuk menyatakan terima kasih dan bhakti, misalnya ketika sakit memohon penyembuhan dari Ida Bhatara di Pulaki; setelah sembuh lalu mendirikan pengayatan Beliau di Doa di Merajan Kemulan Desa Selumbung “Dirga Yusa Lan Jagadhita” Ini yang Terjadi Jika Salah Menempatkan Sanggah Penunggun Karang - Unknown August 16, 2015 at 1125 AM mohon disertakan mantra untuk sarana pejati, suksma. Kemantapan hati itu hanya dapat kita peroleh apabila kita yakin bahwa cara Kemantapan hati dalam melakukan sembahyang, membantu komunikasi yang lancar dan pemuasan rohani yang tiada terhingga PERMATA PIKIRAN Pelinggih / Sanggah Yang ada di Natah / Halaman Pekarangan Unknown August 16, 2015 at 1125 AM mohon disertakan mantra untuk sarana pejati, suksma. Unknown August 16, 2015 at 1127 AM mohon disertakan mantra untuk sarana pejati, suksma. Unknown August 16, 2015 at 1127 AM mohon disertakan mantra untuk sarana pejati, suksma. Enam Hari Sebelum Kuningan Disebut Ulihan, Apa Makna Hari Ulihan? - Keyshiqa August 17, 2015 at Ada juga yang memberi tahu jika ingin kehidupan dengan rejeki lebih baik, rajin-rajinlah sembahyang di palinggih yang ada di natah ini atau yang lebih dikenal dengan sebutan sanggah pengijeng ini Jujur saja, jika saya bukan Hindu-pun saya akan dengan mudah beradaptasi tinggal di Bali, saya sendiri Hindu namun bukan dengan cara orang Bali, saya Puja dengan cara yang berbeda dengan sembahyang orang Bali, saya merayakan Holi dan Diwali jika orang Bali merayakan Nyepi, Galungan dan Kuningan Tatacara Mebanten dan Mantramnya Paduarsana sembahyang, ditinjau dari kapan dilakukannya, dengan cara apa, dengan sarana apa dan di mana serta dengan siapa melakukannya GENERASI MUDA WAJIB MENGETAHUI CARA MELANTUNKAN DOA KRAMANING SEMBAH Alasan dibuatnya vidio ini agar memotivasi kaum muda untuk meningkatkan Sraddha & Bhakti Di Merajan Cara Golden Sembahyang Malam Lebih Mudah Terkabul - Pura dan Sanggah Pamerajan Filosofi, Etika dan Tata Cara - Mantra Hindu Bali Fungsi Sanggah Kamulan Paduarsana MAKNA SARANA PERSEMBAHYANGAN HINDU – Kalender Bali di atas, bisa disimpulkan bahwa kita sebenarnya boleh sembahyang di Sanggah Pemrajan dimana saja, namun karena secara sekala setiap sanggah pemrajan itu di empon/diurus oleh keluarga yang ada dirumah tersebut, jika kita hendak sembahyang di sanggah pemrajan di rumah orang lain atau di Griya para sulinggih, hendaknya sudah sepengetahuan Unknown August 16, 2015 at 1127 AM mohon disertakan mantra untuk sarana pejati, suksma. This comment has been removed by the author Rayakan Galungan, Umat Hindu Padati Pura Jagatnatha Denpasar kanduksupatra Hindu Bali Sembahyang Saat Odalan ? Memaknai Tumpek Wayang, Ini yang Patut Dilakukan Umat Hindu Sehari Sebelum dan saat Hari H! -
CaraSembahyang Di Sanggah. Doa di Merajan Kemulan | Desa Selumbung "Dirga Yusa Lan Jagadhita" Ini yang Terjadi Jika Salah Menempatkan Sanggah Penunggun Karang - akriko.com. Unknown August 16, 2015 at 11:25 AM mohon disertakan mantra untuk sarana pejati, suksma. Kemantapan hati itu hanya dapat kita peroleh apabila kita yakin bahwa cara
Menurut Lontar Siwagama, sepatutnya di setiap rumah umat Hindu di Bali seyogianya dibangun tempat pemujaan yang disebut Kamulan Taksu sebagai "Huluning Karang Paumahan". Pelinggih Kamulan Taksu itu sebagai tempat memuja Dewa Pitara sebagai Bharata Hyang Guru. Menurut Lontar Purwa Bhumi Kamulan, setelah Upacara Atma Wedana seperti Nyekah atau Memukur kalau dalam tingkatan yang besar disebut Maligia. Setelah Atma Wedana itu A tman disebut Dewa Pitara selanjutnya distanakan di Kamulan Taksu sebagaimana dijelaskan secara terperinci dalam Lontara Purwa Bhumi Kamulan. Letak Sanggah/Merajan Kamulan di utama mandala, sedangkan bangunan seperti Sakutus/Sakaulu, Bale Gede, Mundak, Sakanem, Pawon, dan lain-lain di bangun di madya mandala. Sementara itu untuk di nista mandala umumnya teba, tempat berbagai tumbuhan perindang sebagai paru-parunya rumah tinggal. Rumah Umat Hindu di Bali umumnya ditembok keliling. Pada tembok keliling itu setiap sudut ada yang disebut "Padu Raksa." Menurut Lontar Hasta Kosala Kosali ada dinyatakan sebagai berikut Aywa nora padu raksa bilangjungut, yan tan mangkana hala sang maumah mabwat. Artinya Jangan tidak dibangun "padu raksa" di setiap sudut pekarangan rumah, kalau tidak dibangun akan tertimpa sial orang yang punya rumah itu. Saat Upacara Melaspas rumah itu, maka di sudut-sudut atau disebut Jungut itu distanakan Padu Raksa. Di sudut timur laut Padu Raksa disebut Sang Raksa sebagai manifestasi Bhatari Sri. Di sudut tenggara Padu Raksa disebut Sang Adi Raksa sebagai penjelmaan Bhatara Guru. Padu Raksa di barat daya berstana Sang Rudra Raksa sebagai penjelmaan Bhatara Rudra. Di barat laut Wayabya Padu Raksa dijaga oleh Sang Kala Raksa manifestasi Bhatari Uma. Saat Melaspas itu juga di natar rumah ditanam Banten Resi Gawa. Ritual ini dilatarbelakangi oleh Tattwa yang sangat dalam maknanya. Dari segi arti kata atau etimologi, kata Kala Raksa berasal dari bahasa Sansekerta dari kata kala dan raksa. Kala artinya waktu dan energi. Raksa artinya menjaga, melindungi atau waspada. Mengenai kala atau waktu dan energi wajib kita pahami dengan benar, baik dan tepat. Kala jangan diartikan iblis, jin, setan yang tidak berasal dari budaya Hindu. Canakya Nitisasttra IV. 18 yang menyebutkan, melakukan sesuatu itu hendaknya diperhitungkan waktu yang tepat. Canakya Nitisastra III. 11 menyatakan Naastijagarata bhayam, maksudnya, orang yang selalu waspada dan berhati-hati sangat kecil kemungkinannya tetimpa bahaya. Istilah raksa atau sadar terjaga secara rokhani itulah yang harus dijadikan dasar mengelola waktu dan berbagai energi dalam hidup ini. Kaja Kauh sinah wenten Palinggih Tugu sane kewastanin Plinggih Panunggun Karang Tentang Pelinggih Penunggun Karang di Barat Laut atau Wayabya itu dalam Lontar Hasta Kosala Kosali ada dinyatakan Wayabya natar ika, iku Panunggun Karang paumahan. Artinya Di arah Barat Laut Wayabya dari natar perumahan itu tempat pemujaan Penunggun Karang. Selain itu, dalam Lontar Sapuh Leger dalam salah satu versinya ada yang menceritakan orang bernama Sang Sudha yang lahir pada hari Saniscara Kliwon Wuku Wayang yang disebut Tumpek Wayang. Seperti Bhisama Bhatara Siwa orang yang lahir Tumpek Wayang boleh jadi tadahan Bhatara Kala. Sang Sudha merasa lahir pada Tumpek Wayang itu sangat ketakutan dan memang Bhatara Kala mengejarnya. Sang Sudha berlari dan berlindung di rumpun bambu yang sangat lebat. Sang Sudha punya adik bemama Diah Adnyawati. Sebagai adik tentunya sangat khawatir pada keselamatan kakaknya. Diah Adnyawati minta tolong pada Sang Prabhu Mayaspati yang bernama Sang Arjuna Sastrabahu. Sebagai Raaja tentunya berkewajiban melindungi rakyatnya. Demi rakyatnya, Raja Sang Arjuna Sastrabahu memerangi Bhatara Kala. Dalam perang tanding itu Bhatara kalah melawan Raaja Sang Arjuna Sastrabahu. Karena kalah Bhatara Kala menyerah dan Raaja Sang Arjuna Sastrabahu menugaskan Bhatara Kala dengan Pewarah-warah sebagai berikut Duh Bhatara Kala mangke ring wayabya ungguhanta, wus kita angrebeda ring rat. Artinya Hai Bhatara Kala sekarang di Barat Laut Wayabya letak tugas menjaga anda jangan lagi mengganggu kehidupan manusia. Sejak itu Bhatara Kala yang bestana di Pelinggih Penunggun Karang disebut Sang Kala Raksa yang memimpin Sang Raksa, Adi Raksa dan Rudra Raksa. Sajian tulisan di Lontar itu memang sedikit mitologis. Tetapi mari maknai hal itu secara filosofi untuk diaktualkan dalam tataran kehidupam individual dan sosial. Manusia hidup bersama ruang dan waktu. Dalam istilah Sansekerta disebut Bhutakala. Kata bhuta secara denotatif artinya ruang dan kala artinya waktu. Dalam waktu itu ada energi atau kekuatan. Swami Satya Narayana pernah menyatakan pagi sekitar pukul s/d waktu membawa energi Satvika. Sekitar pukul s/d 16 sore waktu membawa energi Rajasika. Dari pukul s/d pkl kembali waktu itu membawa energi Satvika. Dari pukul s/d pkl pagi membawa energi Thamasika. Karena itu manusia yang mengharapkan kehidupan bahagia wajib menyelaraskan perilakunya dengan ruang dan tiga waktu. Upacara menyelaraskan perilaku inilah dalam wujud ritual sakral disebut "Mecaru" Kata "Cam" dalam bahasa Sansekerta artinya selaras atau harmonis, manis dan dalam pustaka Samhita Suara kata "Cam" artinya cantik. Ini artinya ritual sakral Mecaru itu dalam kehidupan sehari-hari harus diaktualkan dengan cerdas dan bijak, agar senantiasa selaras dengan keadaan ruang yang kita miliki dan waktu yang terus berproses dari hari ke hari. Tujuan Mecaru bukan untuk mengusir jin setan iblis. Dalam ajaran Hindu istilah itu memang tidak dikenal dalam Sastra-Sastra suci Hindu. Adanya Banten Resi Gana yg ditanam di natar pekarangan rumah bermakna untuk mengingatkan umat penghuni rumah tersebut agar dalam membina dan membangun rumah tangga mengedepankan perhitungan dan pemikiran yang cerdas dan bijak. Pemikiran yang cerdas dan bijak itu diperkuat oleh ilmu pengetahuan. Kata "Gana" dalam bahasa Sansekerta artinya ber-pikiran, berhitung. Karena itu Dewa Gana manifestasi Tuhan itu memiliki tiga fungsi sebagai Wigna-gna Dewa,Dewa Winayaka dan Dewa Wigneswra. Agar hidup ini terhindar dari berbagai halangan gunakan pikiran dengan cerdas dan bijak sebagai dasar berhitung dalam menggunakan Indria. Apa lagi Manawa Dharmasasttra menyatakan bahwa pikiran itu adalah Indria yang kesebelas atau Ekadasendria Manah Jnyanam. Pikiran yang bijaksana atau Manah Jnyanam itu disebut juga Rajendria atau Rajanya Indria. Karena itulah dimana-mana umat Hindu memuja Tuhan sebagai Dewa Gana. Sebagai Wighna-wighna Dewa atau meng-hilangkan halangan dalam hidup. Kedepankanlah pikiran yang bijak atau Manah Jnyanam dalam mengendalikan Indria untuk menjalankan hidup. Memuja Ganesa sebagai Dewa Wianayaka agar benar-benar hidup ini diselengarakan dengan bijaksana adalah orang yang senantiasa menggunakan Manah Jnyanam sebagai dasar membangun kebijaksanaan. Demikian juga setiap orang adalah sesungguhnya pemimpin. Minimal memimpin dirinya sendiri. Untuk itu pujalah Ganesa sebagai Wighneswara agar kita bisa jadi pemimpin yang bijak. Demikianlah rumah umat Hindu di Bali pancaran spiritual dipancarkan dari Sanggah Kamulan yang diyakini mendatangkan kekuatan untuk menggunakan waktu dan energi yang diken-dalikan oleh pikiran yang cerdas dan bijak. Itulah makna dari Sanggah Kamulan sebagai Huluning Karang Paumahan, Banten Resi Gana dan Padu Raksa yang dipimpin oleh Sang Kala Raksa di Peliggih Penunggun Karang di Barat Laut atau Wayabiya. Oleh Ketut WianaSource Majalah Raditya, Edisi 230, Tahun 2016 Singaraja Dua bangunan pelinggih penunggun karang (tempat pemujaan umat Hindu) terletak di lingkungan Mumbul, Kelurahan Banjar Jawa, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, masing-masing milik Gede Sura Wiratama (23) warga RT Mumbul, Kelurahan Banjar Jawa, dan Komang Remida warga Banjar Kloncing, Desa Kerobokan, Kecamatan Sawan, mengalami kerusakan cukup berat akibat aksi tak
PesonaBlahbatuh - Penunggun Karang, Pertahanan Pertama Rumah Menghadang Black Magic!!. Bali memiliki ciri khas sendiri. Salah satu cirikhas nya adalah pembangunan arsitektur ala Bali yang memiliki fungsi masing masing. Hari ini Taksu Blahbatuh akan membahas mengenai Tunggun Karang. Di alam madyapada, bumi tidak hanya dihuni oleh mahluk
. 52 199 442 483 102 268 59 90

doa sembahyang di penunggun karang